Minggu, 13 Maret 2016

[poem] Nama yang Tersebut dalam Doa

Wahai kamu, yang namanya selalu tersebut dalam doa.
Kita memang terpisah ratusan kilometer berjarak.
Tapi, bukankah hati kita sangat dekat?
Kita memang terhalang oleh waktu dan silsilah.
Tapi, bukankah hati kita sangat dekat?
Kita memang tertahan oleh aturan dan akidah.
Tapi, bukankah hati kita sangat dekat?
Kita memang sedang berlomba menjauhi hal yang jahat.
Tapi, bukankah hati kita sangat dekat?

Wahai kamu, yang namanya selalu tersebut dalam doa.
Ketika aku rindu, aku berusaha tidak mengingat kamu walau namapun.
Ketika aku rindu, aku berusaha hapus bayang bayang wajah mu.
Ketika aku rindu, aku berusaha singkirkan kenangan kenangan itu.
Ketika aku rindu, aku mendirikan dinding yang tinggi untuk bentengi air mataku.

Wahai kamu, yang namanya selalu tersebut dalam doa.
Kau tidak menyesal, bukan?
Pernah menemukanku walau dengan tidak sengaja.
Kau tidak menyesal, bukan?
Pernah berbicara denganku walau hanya sepanjang kalimat.
Kau tidak menyesal, bukan?
Pernah menatap wajahku walau akhirnya kututup rapat.
Kau tidak menyesal bukan?
Pernah mengenalku walau akhirnya kulepaskan juga genggamanmu yang sangat erat.
Kau tidak menyesal bukan?

Wahai kamu, yang namanya selalu tersebut dalam doa.
Banyak yang telah kamu berikan.
Waktu. Ilmu. Cerita. Kenangan. dan Harapan.
Pernah kita bicarakan perihal masa depan.
Dan berhenti tak dilanjutkan.
Karena kita terlalu takut untuk berangan.
Masa depan yang terlalu sulit untuk digenggam tangan.
Hanya dengan doa kita bisa saling bertahan.

Wahai kamu, yang namanya selalu tersebut dalam doa.
Kutunggu kamu.
Berdiri didepan pintu.
Untuk meminta restu.
Dan bangun hidup yang baru.
Bersamaku. Bersama cita citamu.
Tanpa lupakan kenangan yang dulu.
Mewujudkan harapan tanpa benalu.
Dan juga rasa malu.
Saat itu kutunggu.
Untuk cairkan hatiku yang membeku.
Dan juga rasa rindu.
Janji akan kutunggu selalu.
Wahai kamu, yang namanya selalu tersebut dalam doa-ku.

[01:07]