Selasa, 07 Januari 2014

(prolog) The Unsinkable.


ini bukan sebuah kisah yang sederhana. kisah yang entah dimana bermula. kisah yang entah dimana akan berakhir. kisah yang tak disengaja menginjak garis awalan. kisah yang tidak pernah tahu kapan ia menginjak garis akhir.

ini bukan kisah cinta yang bisa di logika. bukan kisah cinta seperti didalam drama.bukan kisah cinta yang tertulis di novel.bukan kisah cinta se simple itu. ini kisah cinta yang tidak masuk akal.kisah cinta yang tidak tahu bagaimana harus memulai dan tidak tahu bagaimana cara mengakhirinya.

aku sudah berjuang semampuku untuk melupakanmu. aku tahu itu mustahil untuk melupakan sebuah nama yang sudah banyak menuliskan namanya berulang kali dalam hidupku. aku tahu mustahil untuk melupakan seseorang yang sudah pernah menghabiskan hari harinya hanya bersamaku. seseorang yang perna berjuang untukku. namun, aku tetaplah seorang wanita yang lemah. wanita dengan ego nya sendiri. wanita yang tetap tidak mau terus terusan berkutat dengan masa lalu yang kelam. wanita yang ingin mencoba melupakan pria nya. sekalipun ia tahu bahwa itu tidak mungkin, tapi aku tetaplah wanita dengan sifat munafiknya.

suara itu. alunan musik jazz terdengar samar ditelinga. mencoba menerima dan mencerna apa yang baru saja ia dengar. itu tidak terdengar seperti musik yang biasa didengar. musik itu terdengar sedikit berbeda. sedikit lebih istimewa. suara itu. aku tetap terpaku pada suara itu. suara yang mencoba mengembalikan ku kedalam masa lalu yang bimbang dan tak berarah. suara yang mencoba menarikku kembali kedalam jurang masa lalu. suara yang tiba tiba membuatku kembali kedalam mimpi dan ditenggelamkan bersama angan dan kenangan yang mungkin tidak akan pernah kudapatkan kembali. aku mencoba untuk tetap berdiri dan tidak meratapi apa yang sedang terjadi. aku mencoba untuk tetap tegar meski aku akan tahu kenyataannya mungkin menyakitkan. tapi, siapa yang oeduli? ketika asa sakit itu mungkin saja justru bisa mengobati luka hati yang telah lama coba kututupi sendiri?

ia hanyalah seonggok tulang yang bernyawa. dengan kulit yang memucat pasi. dengan senyum yang menyembunyikan sebuah kedukaan. ia menggantungkan saxophone itu di lehernya. kemudian tersenyum dan memberikan hormatan kecil dengan membukan badan. disambut dengan riuhan tepuk tangan, dari ujung koridor aku menangis. seakan tak percaya. ya aku memang benar benar tak percaya. dia masih disini, mungkin tidak untukku. tapi aku cukup bahagia.


- to be continue~

Rabu, 01 Januari 2014

Involved part.2

saat kita bertemu dengan seseorang yang menurut kita "dia adalah bagian dari yang pernah tertinggal", kita bisa saja melakukan banyak hal gila. melakukan banyak hal tidak masuk akal. hanya untuk mengungakapkan sebuah kalimat yang kurang lebih terdengar seperti, "aku butuh kau untuk kekosongan ini". terdengar sangat egois, namun itulah naluri.

sebuah naluri yang selalu menuntut untuk dipenuhi namun tidak menfikirkan apakah kita pantas dan dibutuhkan untuk memenuhi juga?

Involved part.1


Cinta yang menghadirkan luka. luka yang dalam. Luka yang mudah menyayat hati.Luka yang mudah melukai orang lain.Luka yang bisa melukai diri sendiri. Luka yang tak pernah kunjung henti.Luka yang tak pernah berbohong tentang rasanya yang sakit. Luka yang tak pernah menyembunyikan kebusukan. Luka yang selalu jujur dengan keadaannya yang menyedihkan. Luka yang tidak pernah bisa disembuhkan karena luka itu telah membunuh lebih dari sebagian hati yang seharusnya masih dapat bertahan untuk hidup.

jika luka itu yang telah membunuh seorang gadis kecil lugu yang tidak tahu apa apa tentang cinta. maka terkutuklah pria yang telah menumbuhkan luka itu. gadis itu terlalu lugu untuk sebuah "cinta". karena baginya, "cinta" hanyalah perilah -mencintai- atau -dicintai-.

dan jika kita berfikir sebuah sebab pasti ada akibatnya. maka "mencintai" ada karena kita "dicintai". betul bukan? namun disaat cinta itu bukanlah perihal logika. bukan suatu hal yang dapat masuk diakal. bukan sebuah sebab yang memiliki akibat. bukan suatu 'apa' yang memiliki 'mengapa'. karena ada saat nya kita mencintai bukan karena kita dicintai. kita mencintai hanya karena kita mencintai. tidak ada akibat mengapa kita mencintai. karena "cinta" hanyalah perihal -mencintai- atau -dicintai- dan mereka mempunyai kesempatan sebagai sebuah 'surat tak terbalas'.