Rabu, 28 Mei 2014

[trailer] COMEBACK HOME




baiklah--mungkin ini sudah pernah reader baca. akan tetapi saya membuat sebuah *sebanyak lebih tepatnya* revisi dan mengubah jalan ceritanya. karena ini seharusnya jatuh pada karangan saya yg berjudul "the unsinkable" akan tetapi karena ide saya ngalor-ngidul dan melahirkan trailer ini. tiba tiba saja saya menjadi khilaf tetang revisi pada karya sendiri *halah*
yaudah monggo mawon dipuntingali :)

....

Ini bukan sebuah kisah yang sederhana. Kisah yang entah dimana bermula. kisah yang entah dimana akan berakhir. Kisah yang tak disengaja menginjak garis awalan. Kisah yang tidak tahu bagaimana cara mengakhirinya.

Aku sudah berjuang semampuku untuk melupakanmu. Aku tahu mustahil untuk melupakan seseorang yang sudah pernah menghabiskan hari harinya hanya bersamaku. Seseorang yang pernah berjuang bersamaku. Namun, aku tetaplah seorang pria yang lemah. Pria dengan ego nya sendiri. Pria yang ingin mencoba melupakan wanita nya. sekalipun tahu bahwa itu tidak mungkin, tapi aku tetaplah pria dengan sifat munafiknya.

            Malam itu. Alunan musik jazz terdengar samar ditelinga. Mencoba menerima dan mencerna apa yang baru saja ia dengar. Itu tidak terdengar seperti musik yang biasa didengar. musik itu terdengar sedikit berbeda. Sedikit lebih istimewa. Suara itu. Aku tetap terpaku pada suara itu. Suara yang mencoba mengembalikan ku kedalam masa lalu yang tak berarah. Suara yang mencoba menarikku kembali kedalam jurang masa lalu. Suara yang tiba tiba membuatku kembali kedalam mimpi dan ditenggelamkan bersama angan dan kenangan yang mungkin tidak akan pernah kudapatkan kembali. Aku mencoba untuk tetap berdiri dan tidak meratapi apa yang sedang terjadi. Aku mencoba untuk tetap tegar meski aku akan tahu kenyataannya menyakitkan. Tapi, siapa yang peduli? ketika rasa sakit itu mungkin saja justru bisa mengobati luka hati yang telah lama coba kututupi sendiri?

Ketika aku teringat secara tiba tiba. Kejadian dua tahun lalu yang membuatku tenggelam dalam angan dan mimpi semu hingga sekarang. Aku masih dengan jelas dapat mengingat wajahnya. Wajah yang ketika itu memucat pasi. Dengan senyum yang terlihat jelas menyembunyikan sebuah rasa sakit. Aku masih menatap elektrokardiograf itu dengan cemas. Menatap iba seorang wanita yang sudah lima tahun ini menjalani hidupnya denganku. Aku tetap mencoba untuk tersenyum didepannya, aku tak mau terlihat lemah. Sekalipun ia tidak melihatku saat ini. Airmata itu menetes juga. Aku menggenggam telapak tangannya yang terasa sangat dingin dan kaku. Tak berkata apapun kecuali memanggil namamu untuk kembali.

“kembalilah, sayang...”

Kalimat itu terus kuucap berharap Tuhan pun mendengarnya. Dan memintamu kembali di sisiku. Namun, sepertinya umat manusia yang memanjatkan doa dan permintaan terlalu banyak hari itu. Sehingga Tuhan tidak mendengarku. Dan membiarkanmu sampai ke tempat itu. Tempat dimana kita tidak akan pernah bertemu lagi. Tempat yang mungkin bisa kau sebut sebagai ‘rumah’. Namun aku bahagia. Karena kau akhirnya diselamatkan dari siksa dunia ini. Karena kau akhirnya disudahkan dari segala eluhanmu. Dan kau tidak akan pernah protes bahwa mereka telah menyiksamu dengan alat alat berbau obat itu. Aku memahamimu. Aku mendengarkan setiap ceritam. Dan sekarang, aku mulai merindukan itu. Namun, aku tidak boleh. Karena seharusnya aku cukup bahagia karena kau harusnya lebih bahagia. Kembali kepada keabadian. Kembali pada kedamaian. Tunggu aku. Tunggu aku. Aku tidak akan pernah melupakanmu sampai kita bertemu. Lagi.
Dan malam itu. Aku dikejutkan dengan alunan musik jazz itu. Lebih tepatnya aku kembali dikejutkan dengan kehadiranmu. Kehadiran wanita yang selama ini kucoba untuk lupakan. Aku tahu ini sebuah kesalahan. Apa aku mengingkari janjiku tentang tidak akan melupkanmu hingga kita bertemu? Apakah kau datang untuk menagih janji itu? Atau kau kembali untuk pulang? Aku fikir kini kau sudah pulang, sayang. Kau hanya perlu tinggal diam dan menungguku untuk kembali juga. Kembali ke tempat itu. Tempat dimana kau meninggalkanku. Tapi, kenapa kau justru datang dan membuatku berfikir. “apakah kau benar benar sudah kembali kerumah?”

Minggu, 11 Mei 2014

(myshittydiary) Fall for You.

falling in love really means falling. the painful. the sickness..

jika saja, saat itu aku tidak bertemu lagi dengannya pasti aku tidak akan jatuh untuk yang kedua kali nya, atau ketiga kalinya, atau ke empat kalinya, atau kesekian kalinya. karena setiap kali aku bertemu dengan nya aku kembali terjatuh. kembali terjatuh dan kembali terjatuh. hingga aku tidak sadar bahwa dia hanyalah seseorang yang selalu membuatku terjatuh. seseorang yang membuatku terluka. yang membuatku tersakiti.

entah apa yang ia lakukan. aku selalu berusaha tidak peduli. namun kenyataannya adalah mataku selalu tertuju padanya. pada pesonanya. walaupun aku berusaha untuk tidak melihatnya.namun bayangannya selalu berada didekat ku. didalamku. didalam hatiku. dan saat itu lah aku terluka.

haruskah aku tetap mengharapkannya? disaat aku sudah mengetahui pasti bahwa dia tidak benar benar untukku. tidak benar benar milikku. tidak benar benar tercipta untukku. lalu aku harus bagaimana? melupakannya? disaat hati ini hanya tertulis namanya, disaat fikiran ini hanya menfikirkan dirinya. menemukan seseorang yang baru? disaat hanya dialah yang terbaik yang pernah kutemui. disaathanya dia lah yang berhasil membuatku tersenyum dan menangis disaat yang bersamaan.

aku tidak benar benar tahu apa yang harus aku lakukan. aku hanya ingin lepas dari perasaan ini. perasaan yang menggoreskan luka yang sulit diobati. butuh waktu... aku butuh waktu.. entah kapan,